Setiap orang
mungkin lupa, kalau dirinya terkadang atau bahkan sering berbangga diri.
Membangga-banggakan dirinya sendiri karena satu dan lain hal, yang mungkin
orang lain tidak bisa lakukan atau kerjakan. Pada dasarnya, berbangga diri itu
boleh-boleh saja dan sah-sah saja. Itu berarti, kita menghargai dan
mengapresiasi keberhasilan atau pun kelebihan yang ada pada diri kita. Sebagai
ungkapan rasa syukur, karena diberikan suatu nikmat yang lebih oleh Allah, baik
dalam bentuk materi, fisik, kecerdasan, keterampilan, dan lain-lain. Masalahnya
adalah, jika seseorang berbangga diri secara berlebihan. Bolehkah kita sebagai
muslim berbangga diri secara berlebihan? Sampai pada pemikiran dan anggapan
bahwa kita yang paling sempurna dibandingkan orang lain, kita paling cerdas
dibandingkan orang lain, paling kaya, paling bijaksana, paling bisa segalanya
dibandingkan dengan orang lain. Sehingga pada akhirnya akan melahirkan sikap
sombong dan takabur. Naudzubillah...
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS.
Luqman:18).
Dan ternyata, dijelaskan di dalam Al Quran kita, bahwa
Allah secara terang-terangan dan tegas melarang umatnya berbuat sombong,
angkuh, termasuk di dalamnya berbangga diri secara berlebihan. Ketika seseorang
bangga dengan dirinya sendiri secara berlebihan, maka akan muncul sifat
sombong. Ketika sifat sombong sudah muncul pada diri seseorang, maka iblis dan
syaitan akan semakin menjerumuskan manusia ke dalam sifat angkuh. Semakin
berbangga dengan diri sendiri, bahkan sampai pada level merendahkan orang lain,
menganggap orang lain jauh di bawah dirinya. Ini adalah hal yang sangat
berbahaya dan sangat tidak disukai oleh Allah.
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. An Nisa: 36).
“Janganlah kamu terlalu bangga,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang terlalu membanggakan diri.” (QS. Al-Qashash : 76).
Ketika menganggap
diri sendiri adalah
sosok yang paling sempurna di bandingkan orang lain, maka hati orang tersebut
akan menjadi keras dan congkak. Jika melihat orang lain yang memiliki ilmu,
harta, fisik, kecerdasan, dan hal-hal lain di bawahnya, maka akan muncul sifat
berbangga diri, sombong dan angkuh. Padahal siapalah diri kita ini? Sehingga
dengan entengnya berbangga diri sampai meremehkan bahkan merendahkan orang
lain? Padahal dengan sangat mudah apa yang dibangga-banggakan itu akan sirna
jika Allah sudah berkehendak. Sangat mudah bagi Allah, mengambil kembali apa
yang Allah titipkan, entah itu harta, anak, kecerdasan, ilmu, pengalaman,
fisik, dan lain-lain. Sangat mudah bagi Allah mengangkat derajat orang yang
diremehkan berbanding terbalik dengan orang yang meremehkan.
” Hai orang-orang
yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena)
boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka yang
mengolok-olokan.” (QS Al
Hujurot, 49:11).
Lalu
apakah dampak paling dahsyat dan membahayakan jika seseorang berbangga diri
secara berlebihan, sehingga timbul sifat angkuh dan sombong?
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam
hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang
suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong
adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91).”
Tidak
akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar
biji sawi. Bisa dibayangkan? Bahkan seseorang yang sombongnya sebesar biji sawi
pun tidak akan masuk surga? Lalu bagaimana dengan orang-orang yang berbangga
diri, sombong bahkan sampai meremehkan dan merendahkan orang lain? Padahal
orang lain yang diremehkan dan direndahkan adalah juga ciptaan Allah.
”Sesungguhnya seluruh orang yang sombong akan dikumpulkan pada
hari Kiamat bagaikan semut yang diinjak-injak manusia.” Ada seseorang yang
bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah seseorang itu ingin agar baju yang
dikenakannya bagus, sandal yang dipakainya juga bagus?” Rasulullah menjawab:
“Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, dan menyukai keindahan, hakikat sombong itu
ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim
dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).
Selagi
nafas masih berhembus. Dan selama Allah masih memberikan kesempatan untuk
memperbaiki diri. Mari kita mengevaluasi diri kita masing-masing. Bermuhasabah
diri atas apa yang telah dijalani dan diperbuat selama ini. Adakah dari diri
dan sikap kita yang ternyata tanpa kita sadari adalah suatu kesombongan?
Koreksi diri dengan jujur dan ridho apakah selama ini kita berbangga diri
secara berlebihan? Atau bahkan sampai meremehkan dan merendahkan orang lain?
Renungkan dan akui secara jujur apakah kita angkuh dan sombong karena kelebihan
yang kita miliki dan tidak dimiliki orang lain?
Sumber :
thank you :)
ReplyDelete